Pada bulan ketiga tahun takwin, tepatnya tanggal 11 Maret 1968, sang fajar menyingsing di kawasan bumi Ngagel – kawasan yang dulunya merupakan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Pemda Kotamadya Surabaya. Disanalah dimulainya pembangunan kampus Universitas Surabaya, sebagai cikal bakal tumbuh dan berkembangnya Ubaya yang kita huni bersama saat ini. Sebagai tanda jadi, selanjutnya pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal lahirnya/Dies Natalis sesosok lembaga perguruan tinggi yang bernama Universitas Surabaya (Ubaya).
Bagi Ubaya, Dies Natalis punya makna penting bukan hanya sebagai penanda bertambahnya usia, tapi juga penanda tingkat kedewasaan dalam berkarya. Keberadaan Ubaya yang sekarang berusia 46 tahun menjadi bukti bahwa Ubaya masih memiliki daya tarik di tengah persaingan yang makin ketat di antara perguruan-perguruan tinggi swasta. Eksistensi Ubaya hingga saat ini, tidak terlepas dari peran dan semangat yang diwariskan oleh pendahulu – the founding fathers Ubaya seperti R. Soekotjo dan Prof. Mr. R. Boedisoesetya. Semangat kekeluargaan yang dijunjung tinggi, mau berkorban, dan bekerja secara con-amore (dengan kecintaan). Mereka tidak memiliki kepentingan pribadi di Ubaya, kecuali keinginan mengembangkan Ubaya.
Kini perjalanan waktu terus bergulir mengikuti irama alam tanpa bisa ditunda. Produk perjalanan waktu yang terus bergulir kini adalah generasi penerus sebagai pemegang tongkat estafet pendahulu, yang dihadapkan pada kondisi persaingan yang semakin ketat dan mengglobal dalam penyediaan jasa pendidikan tinggi. Kondisi ini, mendorong Ubaya untuk melakukan berbagai perubahan internal agar tetap eksis. Apalagi, berbagai standar internasional telah ditetapkan sebagai aturan main untuk memperketat persaingan di kalangan penyedia jasa pendidikan tinggi. Konsep-konsep seperti world class university, research university, dan sejenisnya menjadi alat seleksi untuk menentukan eksistensi perguruan tinggi di tingkat global. Untuk bisa meraih peringkat penting dalam ajang kompetisi tersebut, Ubaya terus berinovasi, menyesuaikan aturan main yang memunculkan terciptanya kreativitas sivitas academica, tanpa meninggalkan gaya manajemen ala ubaya yang guyub profesional.
Dalam rangka peringatan Dies Natalis, kegiatan-kegiatan perlombaan yang bersifat hiburan dan mendidik merupakan peristiwa yang selalu menyertainya. Kegiatan ini bagian dari upaya membangun kebersamaan, membangun budaya baru, membangun sportivitas, menghilangkan sekat-sekat antar generasi, dan seterusnya. Demikian pula penyelenggaraan kegiatan-kegiatan serius dalam bentuk orasi ilmiah, serta pemberian penghargaan terhadap mahasiswa berprestasi, dan penghargaan terhadap karyawan (dosen dan non dosen) yang telah mengabdikan diri selama kurun waktu tertentu, sebagai wujud kesetiaan terhadap lembaga. Semua kegiatan itu adalah bagian dari ucapan syukur atas pencapaian yang telah diraih selama ini.
Dengan serangkaian kegiatan tersebut, tentu harapannya tidak hanya bersifat seremonial belaka, namun mampu mengaktualisasikan peran dan semangat yang diwariskan oleh pendahulu. Mampu membangkitkan semangat kolektivitas keluarga besar Ubaya untuk berkarya bersama yang lebih baik dalam nuansa multikultur, saling menghargai dan menghormati. Mengingat sebagai PTS yang ternama, Ubaya juga dijadikan tempat pembaruan kaum muda Indonesia yang datang dari berbagai asal usul, ras keturunan, suku dan agama untuk meraih ilmu mengejar asa. Dengan demikian nuansa keindonesiaannya di Ubaya akan menjadi kokoh pula. Selamat ber-Dies Natalis Ubaya ke-46. (yus)